Tuesday 28 January 2014

Semua Masih Di Sini

Di antara hari-hari yang terlewati tanpa hadirmu
sebenarnya masih ada bayangan tentang kita

Di antara luka-luka hati yang belum kering
sebenarnya masih ada rindu yang selalu tertuju pada hatimu

Di antara kenangan-kenangan yang hidup di kepalaku
sebenarnya begitu banyak yang telah mati, namun kuharapkan untuk bersemi kembali

Di antara rinai hujan yang mengetuk jendela kamarku
sebenarnya masih ada bisikan untuk kembali padamu
namun, aku tahu takdir kita belum menemukan kemungkinan untuk beriringan lagi

Di antara gelas-gelas kopi yang menemaniku
sebenarnya jejak kepergianmu masih jelas kuingat
dan selalu begitu

Di antara senja-senja yang menggelap
sebenarnya masih terpatri cahaya kedua bola matamu
mata yang selalu menatapku cerah
tatapan yang akan selalu kurindukan

Sebenarnya, semua masih di sini
Hanya saja, tanpamu mereka mati


-AAz-

Tuesday 7 January 2014

Ini Senja Kita


Kala itu, kau bertanya kepadaku,”mana yang kau sukai, fajar atau senja?” aku memandang jemariku yang berada di genggamanmu. “senja.  Aku suka senja.”, jawabku.  Kau melirik jam di pergelangan tanganmu. “waktu yang tepat.  Maukah kau tinggal disini sebentar lagi untuk menyaksikan matahari kembali ke peraduannya?” aku tersenyum senang. “tentu saja.”  Lalu kau mengajakku duduk di atas pasir putih.  “mengapa kau menyukai senja?”, tanyamu.  “karena perubahan warnanya, aku rasa.  Dan, senja menunjukkan bahwa aku semakin dekat dengan bintang di malam hari.” “ah, bintang.  Aku suka bintang.  Walaupun langit gelap, bintang-bintang itu membuat keadaan tidak segelap yang kau kira.”, ujarmu sambil memandang langit.

Matahari mulai perlahan turun.  “ini senja yang aku tunggu-tunggu.” Aku menatapmu.  Lalu pandangan kita bertemu.  “aku telah tenggelam di mata indahmu layaknya matahari tenggelam di depan kita.  Aku tidak ingin selamat dari sana.” Aku tersenyum.  Lalu aku melihatmu mengeluarkan sebuah kotak kecil.  Sambil membuka kotak tersebut, kau berkata,”perempuan pencinta senja, maukah kau menikmati senja selamanya di sampingku?” pada detik itu juga, kebahagiaan tak terhingga menghujani hatiku.  Aku mengangguk perlahan.  Lalu kau memasangkan cincin di jari manisku.  “ini senja kita, Sayang.” Kau menutup senja hari itu dengan sebuah kecupan lembut di keningku.


-AAz-

Aku Ingin Menjadikanmu Kenangan

Aku ingin menjadikanmu kenangan
Ketika perasaanku masih utuh walau kisah kita telah mati

Aku ingin menjadikanmu kenangan
Walau yang tersisa hanya jejakmu



Aku ingin menjadikanmu kenangan
Ketika angin yang berhembus membawa pergi cintamu

Aku ingin menjadikanmu kenangan
Yang akan selalu menghuni sudut hati ini

Aku ingin menjadikanmu kenangan
Walau ingatan tentangku telah kaubuang jauh-jauh

Aku ingin menjadikanmu kenangan
Ketika mata ini tak dapat melihat sosokmu lagi

Aku ingin menjadikanmu kenangan
Demi air mata yang masih mengalir di pipiku

Aku ingin menjadikanmu kenangan
Walau hatimu telah memilih dia


-AAz-

Sunday 5 January 2014

Hati yang Tertinggal di Masa Lalu

Setahun sudah sejak aku dan kau berpisah.  Aku mungkin hanya bisa tertawa dalam hati, mengingat kata-kata perpisahan yang justru keluar dari bibirku.  Jika mereka berkata penyesalan datang di akhir, aku setuju dan aku membuktikannya sendiri.
Kepada kau tempat rinduku hinggap, aku mengenyahkan harga diriku dan aku mengaku bahwa aku menginginkanmu di sini, menemaniku.
Kepada kau yang masih menjadi rumah untuk hati ini, aku mengaku bahwa menjalani hari tanpamu tidak semudah menikmati rintik hujan di luar sana.


Kepadamu yang pernah menampung semua luka yang kuberikan, aku mengaku bahwa aku menyesali semuanya.  Seandainya waktu dapat diputar ke masa lalu, aku akan memilah luka-luka itu dan menariknya kembali.  Aku akan merekam semua momen indah yang kita lewati sehingga aku dapat melihatnya sewaktu-waktu aku merindukanmu seperti sekarang.
Maaf jika dulu aku selalu mengabaikanmu.  Maaf jika dulu aku selalu membuang mawar-mawar merah yang kauberikan.  Maaf jika dulu aku tidak menyadari betapa besarnya kesetiaanmu kepada hatiku.  Maaf jika dulu aku menganggap satu kesalahanmu dapat seketika menghapus seribu kebaikanmu.

Salahkah aku jika menginginkanmu kembali?
Jika penyesalan ini tidak cukup untuk membawamu kembali ke pelukanku, aku bisa apa?
Salahkah aku jika aku ingin menemani setiap langkahmu, sekali lagi?
Salahkah aku yang menginginkan kita untuk memperbaiki semuanya dan mengulang dari awal?

Aku merindukanmu dan aku tidak bisa berbuat apa-apa.  Kau tahu, itu lebih perih dari apapun.
Jika aku harus diserang karma bertubi-tubi, aku terima asal kau kembali berlindung pada hatiku.

Kepada kau yang selalu hadir di mimpiku, tulisan ini aku persembahkan.

-AAz-