Kala itu, kau bertanya kepadaku,”mana yang kau sukai, fajar
atau senja?” aku memandang jemariku yang berada di genggamanmu. “senja. Aku suka senja.”, jawabku. Kau melirik jam di pergelangan tanganmu. “waktu
yang tepat. Maukah kau tinggal disini
sebentar lagi untuk menyaksikan matahari kembali ke peraduannya?” aku tersenyum
senang. “tentu saja.” Lalu kau
mengajakku duduk di atas pasir putih. “mengapa
kau menyukai senja?”, tanyamu. “karena
perubahan warnanya, aku rasa. Dan, senja
menunjukkan bahwa aku semakin dekat dengan bintang di malam hari.” “ah,
bintang. Aku suka bintang. Walaupun langit gelap, bintang-bintang itu membuat
keadaan tidak segelap yang kau kira.”, ujarmu sambil memandang langit.
Matahari mulai perlahan turun. “ini senja yang aku tunggu-tunggu.” Aku menatapmu. Lalu pandangan kita bertemu. “aku telah tenggelam di mata indahmu layaknya
matahari tenggelam di depan kita. Aku
tidak ingin selamat dari sana.” Aku tersenyum.
Lalu aku melihatmu mengeluarkan sebuah kotak kecil. Sambil membuka kotak tersebut, kau berkata,”perempuan
pencinta senja, maukah kau menikmati senja selamanya di sampingku?” pada detik
itu juga, kebahagiaan tak terhingga menghujani hatiku. Aku mengangguk perlahan. Lalu kau memasangkan cincin di jari
manisku. “ini senja kita, Sayang.” Kau menutup
senja hari itu dengan sebuah kecupan lembut di keningku.
-AAz-
No comments:
Post a Comment