Di antara hari-hari yang terlewati tanpa hadirmu
sebenarnya masih ada bayangan tentang kita
Di antara luka-luka hati yang belum kering
sebenarnya masih ada rindu yang selalu tertuju pada hatimu
Di antara kenangan-kenangan yang hidup di kepalaku
sebenarnya begitu banyak yang telah mati, namun kuharapkan untuk bersemi kembali
Di antara rinai hujan yang mengetuk jendela kamarku
sebenarnya masih ada bisikan untuk kembali padamu
namun, aku tahu takdir kita belum menemukan kemungkinan untuk beriringan lagi
Di antara gelas-gelas kopi yang menemaniku
sebenarnya jejak kepergianmu masih jelas kuingat
dan selalu begitu
Di antara senja-senja yang menggelap
sebenarnya masih terpatri cahaya kedua bola matamu
mata yang selalu menatapku cerah
tatapan yang akan selalu kurindukan
Sebenarnya, semua masih di sini
Hanya saja, tanpamu mereka mati
-AAz-
Tuesday, 28 January 2014
Tuesday, 7 January 2014
Ini Senja Kita
Kala itu, kau bertanya kepadaku,”mana yang kau sukai, fajar
atau senja?” aku memandang jemariku yang berada di genggamanmu. “senja. Aku suka senja.”, jawabku. Kau melirik jam di pergelangan tanganmu. “waktu
yang tepat. Maukah kau tinggal disini
sebentar lagi untuk menyaksikan matahari kembali ke peraduannya?” aku tersenyum
senang. “tentu saja.” Lalu kau
mengajakku duduk di atas pasir putih. “mengapa
kau menyukai senja?”, tanyamu. “karena
perubahan warnanya, aku rasa. Dan, senja
menunjukkan bahwa aku semakin dekat dengan bintang di malam hari.” “ah,
bintang. Aku suka bintang. Walaupun langit gelap, bintang-bintang itu membuat
keadaan tidak segelap yang kau kira.”, ujarmu sambil memandang langit.
Matahari mulai perlahan turun. “ini senja yang aku tunggu-tunggu.” Aku menatapmu. Lalu pandangan kita bertemu. “aku telah tenggelam di mata indahmu layaknya
matahari tenggelam di depan kita. Aku
tidak ingin selamat dari sana.” Aku tersenyum.
Lalu aku melihatmu mengeluarkan sebuah kotak kecil. Sambil membuka kotak tersebut, kau berkata,”perempuan
pencinta senja, maukah kau menikmati senja selamanya di sampingku?” pada detik
itu juga, kebahagiaan tak terhingga menghujani hatiku. Aku mengangguk perlahan. Lalu kau memasangkan cincin di jari
manisku. “ini senja kita, Sayang.” Kau menutup
senja hari itu dengan sebuah kecupan lembut di keningku.
-AAz-
Aku Ingin Menjadikanmu Kenangan
Aku ingin menjadikanmu kenangan
Ketika perasaanku masih utuh walau kisah kita telah mati
Aku ingin menjadikanmu kenangan
Walau yang tersisa hanya jejakmu
Aku ingin menjadikanmu kenangan
Ketika angin yang berhembus membawa pergi cintamu
Aku ingin menjadikanmu kenangan
Yang akan selalu menghuni sudut hati ini
Aku ingin menjadikanmu kenangan
Walau ingatan tentangku telah kaubuang jauh-jauh
Aku ingin menjadikanmu kenangan
Ketika mata ini tak dapat melihat sosokmu lagi
Aku ingin menjadikanmu kenangan
Demi air mata yang masih mengalir di pipiku
Aku ingin menjadikanmu kenangan
Walau hatimu telah memilih dia
-AAz-
Sunday, 5 January 2014
Hati yang Tertinggal di Masa Lalu
Setahun sudah sejak aku dan kau berpisah. Aku mungkin hanya bisa tertawa dalam hati,
mengingat kata-kata perpisahan yang justru keluar dari bibirku. Jika mereka berkata penyesalan datang di
akhir, aku setuju dan aku membuktikannya sendiri.
Kepada kau tempat rinduku hinggap, aku mengenyahkan harga
diriku dan aku mengaku bahwa aku menginginkanmu di sini, menemaniku.
Kepada kau yang masih menjadi rumah untuk hati ini, aku
mengaku bahwa menjalani hari tanpamu tidak semudah menikmati rintik hujan di
luar sana.
Kepadamu yang pernah menampung semua luka yang kuberikan,
aku mengaku bahwa aku menyesali semuanya.
Seandainya waktu dapat diputar ke masa lalu, aku akan memilah luka-luka
itu dan menariknya kembali. Aku akan
merekam semua momen indah yang kita lewati sehingga aku dapat melihatnya
sewaktu-waktu aku merindukanmu seperti sekarang.
Maaf jika dulu aku selalu mengabaikanmu. Maaf jika dulu aku selalu membuang
mawar-mawar merah yang kauberikan. Maaf
jika dulu aku tidak menyadari betapa besarnya kesetiaanmu kepada hatiku. Maaf jika dulu aku menganggap satu
kesalahanmu dapat seketika menghapus seribu kebaikanmu.
Salahkah aku jika menginginkanmu kembali?
Jika penyesalan ini tidak cukup untuk membawamu kembali ke
pelukanku, aku bisa apa?
Salahkah aku jika aku ingin menemani setiap langkahmu,
sekali lagi?
Salahkah aku yang menginginkan kita untuk memperbaiki
semuanya dan mengulang dari awal?
Aku merindukanmu dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kau tahu, itu lebih perih dari apapun.
Jika aku harus diserang karma bertubi-tubi, aku terima asal
kau kembali berlindung pada hatiku.
Kepada kau yang selalu hadir di mimpiku, tulisan ini aku
persembahkan.
Subscribe to:
Posts (Atom)